Diposting oleh
Aliran
Minggu, 14 Februari 2010
di
20.58
Sumber : http://swaramuslim.net/galery/sekte/index.php?page=islam_sejati
Meski ajaran ini telah tumbuh sekitar delapan bulan silam, warga setempat mengaku tidak banyak tertarik untuk menjadi pengikut. Mereka hanya mencoba mengintip setiap kali ritual itu dilakukan "Saya tidak tahu maksudnya apa. Mereka berlaku aneh," kata Sukarja.
Karena tak banyak yang terlibat, warga hanya menerka-nerka ajaran ini berdasarkan informasi dari mulut ke mulut. Terlebih, kata Sujarwo, mereka melakukan ritual secara sembunyi-sembunyi dan sangat mencurigakan. Menurut mereka, tokoh yang membawa dan menyebarkan ajaran ini adalah Hery dan Ahyari.
Untuk menghindari kesimpangsiuran kabar dan mengurai lebih jauh tentang ajaran itu, sejumlah anggota Tim Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat Lebak, Banten, menyambangi kediaman Ahyari. Tujuannya mengorek informasi langsung dari tokoh yang dituding warga sebagai penyebar ajaran tersebut.
Namun, Ahyari tak ada di rumah. Tim pengawas hanya bertemu dengan Ammah, istri Ahyari. Ammah mengaku hanya sempat dua kali mengikuti ajaran suaminya. "Menurut Ahyari, ritual itu hanya sebuah doa. Tapi, kata Hery, itu adalah cara sembahyang," ujar Ammah.
Lantaran caranya tidak masuk di akal, Ammah segera keluar dari ajaran tersebut. Meski untuk itu, dia terpaksa harus bertengkar dengan suaminya. "Hery juga marah-marah karena saya tidak mau diajak ke jalan yang benar," kata Ammah.
Tim kemudian melanjutkan penelusuran ke kediaman Heri yang juga dituduh warga memiliki peran sebagai penyebar ajaran. Tapi, lagi-lagi mereka tidak menemukan orang yang dicari. Petugas hanya diterima Titin, istri Heri.
Kepada Titin, mereka juga meminta ditunjukan cara salatnya. Lebih mengejutkan lagi, Titin juga mempraktikan cara mandi dengan menggunakan air kelapa. Menurut dia, ini adalah cara suaminya dan Ahyari membaiat para pengikutnya.
Hingga kini keberadaan Ahyari dan Heri belum terlacak. Petugas Kejaksaan Negeri Rangkasbitung yang secara khusus ditugasi Zul Ardi, Kajari Rangkasbitung, mengawasi keberadaan mereka juga tak membawa hasil. Menurut Inspektur Dua Dadang Suherman, anggota intel Kepolisian Resor Lebak Banten, keduanya memang jarang di rumah dan selalu berpindah-pindah. "Sehingga kami kesulitan memanggil atau menjemput yang bersangkutan," kata Dadang.
Berdasarkan data sementara yang berhasil dikumpulkan tim, ajaran ini menyebut dirinya sebagai ajaran Islam sejati. Namun, keberadaan aliran ini sempat dipertanyakan Majelis Ulama Indonesia Banten. Lembaga ini mempertanyakan soal salat yang menghadap empat arah mata angin dan itu dilakukannya hanya tiga kali dalam sehari, yakni Dzuhur, Maghrib, dan Subuh.
Lantaran dianggap menyimpang, menurut Baijuri, Wakil Ketua MUI Lebak, Banten, secara resmi MUI Banten sejak pertengahan Mei 2007 mengeluarkan fatwa sesat untuk paham aliran itu. Apalagi kehadiran aliran Islam sejati di daerah ini menjadi kontras dengan keyakinan sebagian besar penduduk yang beragama Islam.
Sementara itu, meski dituding sesat dan menyimpang Ammah tidak merasa tersudut. Kini dia lebih peduli dengan tujuh anak dan dua cucunya. "Saya juga tidak tahu yang namanya Islam sejati. Ketemunya juga di koran," kata Ammah.
sumber : http://swaramuslim.net/galery/sekte/index.php?page=mahesa-kurung
Mahesa Kurung Al-Mukarromah Sesat Menyesatkan
Oleh Hartono Ahmad Jaiz dan M. Amin Djamaluddin Sebuah lembaga perdukunan yang menamakan diri Perguruan Mahesa Kurung Al-Mukarromah di Bogor Jawa Barat telah meresahkan masyarakat, karena di samping menyebarkan ajaran perdukunan yang dilarang Islam, masih pula pemimpinnya, Asy Syayyidi Al Habib Faridhal Attros Al Kindhy, beralamat di Jalan Wijaya Kusuma Raya No. 74 RT 001 RW 005 Taman Yasmin Bogor 16310, dilaporkan ke polisi oleh seorang perempuan yang mengaku jadi korban perzinaan.
Atas kejadian yang meresahkan masyarakat dan menyesatkan itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor mengeluarkan fatwa sebagai berikut:
Demikianlah fatwa MUI Kabupaten Bogor. Untuk lebih memperoleh gambaran, mari kita simak apa isi ajaran Mahesa Kurung, di antaranya yang tertuang dalam Kitabnya yang berjudul Risalah Mahesa Kurung.
Risalah Mahesa Kurung Berdusta dan Menghina Nabi Muhammad saw Risalah Mahesa Kurung adalah sebuah buku bertulisan model ketik komputer program ws, ukuran kertas quarto, setebal 130 halaman plus lembaran-lembaran tanpa nomor halaman, dikeluarkan oleh kelompok di Bogor Jawa Barat yang menamakan Pusat Perguruan Mahesa Kurung. Alamatnya di Jl Wijaya Kusuma Raya No 74, RT 001/ 005 Taman Yasmin Bogor 16310 Telp (0251) 358668, Bogor. Pemimpin kelompok itu bernama Habib Faridhal Attros Al-Kindy alias Mbah Emka (45 tahun). Selain mengeluarkan buku Risalah Mahesa Kurung, ada juga yang disebut Miftahul Ghillin, dan Lembaran Upacara Meruwat Orang yang terkena Rajah Kala Cakra.
Buku Risalah Mahesa Kurung (bagian pertama) ini menurut pengumuman di halaman belakang, akan disusul Risalah Mahesa Kurung (bagian kedua) isinya semua mencakup hal-hal yang berbau gaib atau mistik. Juga agar dinantikan kehadiran buku tentang Riwayat Mengenai Susuk (cara prakteknya dst), Riwayat Mengenai Santet, Teluh, dan Guna-guna, dan akan hadir buku Riwayat Mengenai Muja (Ingin Kaya) tentang cara prakteknya dan seterusnya.
Pendahuluan Buku RMK ini mengklaim bahwa dalil-dalilnya pada jalan shirothol mustaqiim (jalan yang lurus). Kitab ini pun disebut dalil-dalilnya ada yang peringkatnya di luar umum (dalil tingkat tinggi). Akhir kata pendahuluan ada ancaman: “… orang lain yang tidak ada hubungan keluarga dengan hak waris kitab ini, dilarang membacanya. Dan apabila dilanggar maka orang yang memberikan serta yang membacanya, akan terganggu pikirannya (gila). Camkanlah….!”
Di halaman satu, berjudul Risalah Mahesa Kurung (RMK) sudah langsung bohong. Bercerita tentang sebelum adanya alam ini di antaranya:
“…Allah Menciptakan “MUHAMMAD SAW” Dalam Bentuk dan Keada’an yang sangat Sempurna, yakni masih dalam ujud “Roh” (RUHUL) Ujud Daripada “Roh” Beliau (Muhammad), Menyerupai Burung Merak, Yang keindahan Warna dari Bulu-bulunya 7777 Lipat Lebih Indah dari yang ada Sekarang ini, Kemudian oleh Allah “Roh” Muhammad tersebut dimasukkan ke dalam suatu kurungan yang dinamakan: (HAYYUL Haqq) Dan Kurungan (sangkar) dari Pada “Roh” Muhammad tersebut diGantungkan di Pohon raksasa yang Bernama: “SYAJAROTHUL HAQQ”. (Risalah mahesa Kurung, halaman 1, huruf-huruf besar itu mengikuti buku aslinya).
Tidak puas dengan melecehkan nabi Muhammad saw seperti itu, lalu pada halaman setelah 130, Nabi Muhammad saw dicantumkan jumlah isterinya 41.
Kebohongan itu bukan saja membuat gila pembacanya, tetapi benar-benar merasa tersinggung bagi umat Muhammad saw yang mencintai nabinya. Karena, di samping itu, Risalah MK ini masih berbohong atas nama Nabi Muhammad saw dan bahkan dianggap sebagai ungkapan menjelang wafatnya, di antaranya sebagai berikut:
“Dan ketika menitis (Ghoibul Haqq) kepada Rasulullah, dan dia diberi tugas oleh Allah pengamat dari nafsu-nafsu Rasululloh tersebut, dan penuntun untuk menuju ilmu-ilmu, yakni: ilmu tauhid, ma’rifat, tasawuf, Juhud dan sebagainya. Maka ketika Rosululloh wafat hari senin (siang hari), malam seninnya Rosululloh pun berpesan kepadanya (Ghoibul Haqq).”
Setelah ada dialog, disebutkan Nabi saw khawatir kalau Ghoibul Haqq itu menitis kepada sahabatnya, maka akan bangga sekali, dan banyak yang jadi musyrik. Lalu Ghoibul Haqq disebut menjawab:
“Ya Rosululloh…! Kalau memang hal tersebut sangat mengkhawatirkan engkau, maka aku akan mohon kepada Allah, agar aku tidak dtugaskan (menitis), kepada orang yang sudah baik awalnya….!”
Lalu kitab Risalah Mahesa Kurung ini berdusta atas nama Rasulullah saw:
“Ya Ghoibul Haqq…! Aku benar-benar tenang sekarang ….! Carilah orang yang benar-benar bodoh dalam hal ibadah dan ilmu, sebagaimana aku pertama kali….”
Penghinaan dan kebohongan atas nama Rasulullah saw ini untuk mengklaim bahwa aqidah Nabi Muhammad saw itu percaya kepada penitisan (reinkarnasi) dan pewaris yang berhak mendapatkan wasiat Nabi saw adalah Mahesa Kurung. Itu diungkapkan dalam awal pembahasan dalam judul ini, Siapakah Ghoibul Haqq itu? Lalu ditulis:
“Ghoibul Haqq sebenarnya Guru Besar (Maha Guru) kita semua, yakni hak waris dari Mahesa Kurung (MK). Beliau pertama kali dijadikan saksi oleh Allah, ketika terjadinya proses penalekan antara Akal dan Nafsu, dan beliau disuruh mendampingi keduanya (Akal dan nafsu). Kemudian beliau menitis (reinkarnasi) kepada Adam As pertama. Kemudian setelah Adam As wafat , menitis lagi kepada Nabi Idris, kemudian menitis lagi kepada Nabi Sulaiman As…”
Selanjutnya, berbohong besar pula dikaitkan dengan Nabi Muhammad saw:
“Dan ketika Rasululloh mengalami proses Syahadat, yakni ketika di Empat Bulan, dan menitislah Beliau (Ghaibul Haqq) kepada Rasulullah, berbareng dengan Jibril, yang akan membawakan “Bismillah” pada Rasululloh. Akan tetapi Rosululloh menolaknya dan tidak mau mengambilnya,…” (Risalah Mahesa Kurung, halaman 128).
Sangat berani berdusta dan menghina Nabi Muhammad saw Cerita bohong dalam Risalah Mahesa Kurung itu sangat membahayakan dan sangat merusak Islam serta menghina Nabi Muhammad saw.
Mengajarkan faham kemusyrikan atau kekafiran yaitu penitisan atau reinkarnasi.
Berbicara tentang roh tanpa ada dalil sama sekali dan dikaitkan dengan Rasulullah saw, bahkan kepercayaan reinkarnasi.
Bercerita bohong mengenai Rasulullah saw baik ketika belum lahir, dalam kandungan, bahkan diceritakan rohnya, ketika hidup dibuat cerita bohong dengan dituduh beristri 41 orang, dan menjelang wafatnya dituduh berwasiat kepada apa yang disebut ghoibul haqq agar menitis ke bukan sahabat beliau.
Mengklaim kelompok Mahesa Kurung sebagai pewaris wasiat rasulullah saw.
Semua itu adalah kebohongan yang sangat berani dan menghina memfitnah secara sangat dahsyat. Karena Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah swt yang menegakkan tauhid, namun dibalik menjadi orang yang menegakkan kemusyrikan dengan wasiatnya menjelang wafatnya.
Reinkarnasi Faham Kafir Untuk itu perlu dijelaskan kesesatan, kemusyrikan dan kekufuruannya. Bagi Islam sudah jelas, reinkarnasi atau penitisan adalah faham kafir.
Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi, Al-Mubarokafuri Abul ‘ala (w. 1353H), 10 juz, Darul Kutub Ilmiyyah, Beirut, tt., Juz 5, h 222 menegaskan:
Ketahuilah, tanasukh/reinkarnasi adalah kembalinya roh-roh ke badan-badan di dunia ini tidak di akherat karena mereka mengingkari akherat, surga, dan neraka, maka karena itu mereka kafir. Titik. Aku (Al-Mubarokafuri, penulis Tuhfatul Ahwadzi, Syarah Kitab Hadits Jami’ at-Tirmidzi) katakan atas batilnya tanasukh/reinkarnasi itu ada dalil-dalil yang banyak lagi jelas di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Di antaranya:
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan (QS Al-Mukminun: 99-100). [1]
Dalam Kitab al-Muhalla, Ibnu Hazm mengemukakan hadits dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah saw bersabda: “Apabila seseorang meninggal maka dibentangkan atasnya tempat duduknya pagi dan sore. Apabila ia termasuk ahli surga maka surgalah (yang dibentangkan padanya) dan apabila dia termasuk ahli neraka maka nerakalah (yang dibentangkan padanya). Kemudian dikatakan padanya, ini tempat dudukmu yang kamu dibangkitkan kepadanya pada hari qiyamat. Maka dalam hadits ini bahwa ruh-ruh itu merasakan mengetahui dipilah-pilah setelah berpisahnya dari jasad. Adapun orang yang mengira bahwa ruh-ruh itu berpindah ke jasad-jasad lain maka persangkaan itu adalah perkataan orang-orang berfaham reinkarnasi/tanasukh, dan itu adalah kekafiran menurut seluruh umat Islam. Wabillahit taufiq.[2]
Kemusyrikan dikecam Islam tapi dianjurkan dukun Para pembawa dan penganjur ajaran kemusyrikan itu yang disebut syaman, dukun (kini sering disebut dengan sebutan Paranormal), ataupun tukang sihir sangat dikecam dalam Islam. Hingga orang yang mempercayai perkataan dukun mengenai hal ghaib pun dikeluarkan keyakinannya dari Islam. Karena Allah telah menegaskan dalam Al-Quran bahwa yang mengetahui hal ghaib itu hanya Allah swt.:
Katakanlah! Tidak ada yang dapat mengetahui perkara ghaib di langit dan di bumi melainkan Allah. (An-Naml:65).
Sampai jinnya Nabi Sulaiman pun dinyatakan Allah, tidak tahu yang ghaib: فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ(14)
Sungguh andaikata mereka (jin) itu dapat mengetahui yang ghaib niscaya mereka tidak kekal dalam siksaan yang hina. (Saba’:14).
Barangsiapa datang ke dukun (sihir) kemudian mempercyai apa yang dikatakan, maka sungguh ia telah kufur terhadap wahyu yang diturnkan kepada Muhammad SAW. (HR Al-Bazar dengan sanad yang baik dan kuat, Musnad At-Thoyalisi juz 1, hal 50). Hukuman atas penghina Islam Orang yang jelas-jelas menghina Islam hukumannya adalah hukum bunuh.
“Dari Ibnu Abbas ra bahwa ada seorang buta mempunyai ummul walad (budak perempuan yang dipakai tuannya lalu beranak) yang memaki-maki dan mencela Nabi SAW. Ia telah melarang ummul walad tersebut, namun dia tidak mau berhenti. Maka pada suatu malam ia ambil satu pacul yang tajam sebelah, lalu ia taruh di perutnya dan ia duduki, dan dengan itu ia bunuh dia. sampai yang demikian kepada Nabi SAW, maka sabdanya: “Saksikanlah bahwa darahnya itu hadar.”
Darahnya itu hadar, maksudnya darah perempuan yang mencaci Nabi SAW itu sia-sia, tak boleh ada balasan atas pembunuhnya dan tak boleh dikenakan diyat/ tebusan darah. Jadi darahnya halal alias halal dibunuh.
Diriwayatkan dari As-Sya’bi dari Ali ra bahwa seorang wanita Yahudi telah memaki/ menghina Nabi SAW dan mencelanya, maka seorang lelaki mencekiknya hingga mati, maka Rasulullah saw membatalkan darahnya. (HR Abu Dawud, menurut Al-Albani dalam Irwaul Ghalil hadits no 1251 ini isnadnya shahih sesuai syarat Al-Bukhari dan Muslim).
Itu artinya halal dibunuh.
FOOTNOTE 1 ) Tuhfatul Ahwadzi, Al-Mubarokafuri Abul ‘ala w 1353H. 10 juz, Darul Kutub ilmiyyah, Beirut, tt., Juz 5, h 222 تحفة الأحوذي ج: 5 ص: 222 إعلم أن التناسخ ثم أهله هو رد الأرواح إلى الأبدان في هذا العالم لا في الاخرة إذ هم ينكرون الاخرة والجنة والنار ولذا كفروا انتهى قلت على بطلان التناسخ دلائل كثيرة واضحة في الكتاب والسنة منها قوله تعالى حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ(99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ(100)
2) Ibnu Hazm (383-456H), Al-Muhalla, 11 juz, darul Afaq al-jadidah, Beirut, tt, juz 1, halaman 26. المحلى ج: 1 ص: 26 ثنا معمر عن الزهري عن سالم عن ابن عمر قال قال النبي صلى الله عليه وسلم إذا مات الرجل عرض عليه مقعده بالغداة والعشي إن كان من أهل الجنة فالجنة وإن كان من أهل النار فالنار ثم يقال له هذا مقعدك الذي تبعث إليه يوم القيامة ففي هذا الحديث أن الأرواح حساسة عالمة مميزة بعد فراقها الأجساد وأما من زعم أن الأرواح تنقل إلى أجساد أخر فهو قول أصحاب التناسخ وهو كفر ثم جميع أهل الإسلام وبالله تعالى التوفيق
Wawancara Dengan Ahmad Moshaddeq, Pimpinan Al-Qiyadah Al-Islamiyah, Trans TV 25 Oktober 2007 (pengirim Indrayogi) Siapakah Ahmad Mushadeq atau yang bernama Haji Salam ini?
Mushadeq adalah Pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah DKI Jakarta - Yang dulunya Membidangi Olah Raga Ia mengaku aktitif di Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PBSI)
Sebelum membentuk AL Qiyadah Moshadeq mengaku Turut membantu membentuk KW-9 Negara Islam Indonesia (NII)
Panji Gumilang itugak ada apa apanya, ujarnya...
Ia menganggap Kartosowiryo adalah Nabi Dan mengagumi disiplin para pengikut KW-9 Namun 10 tahun di NII tidak membuat dirinya puas - Sehingga dirinya keluar
Kamis, 11 Oktober 2007 9:17:00 Gowa, Sulsel-RoL-- Sekitar 300 jamaah An-Nadzir melaksanakan sholat Idul Fitri 1428 Hijriyah di lapangan tepi Danau Mawang, Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan, Kamis sekitar pukul 07.00 Wita.
Usai sholat shubuh, mereka bergegas menuju lapangan tepi Danau Mawang yang tidak terlalu jauh dari perkampungan (muslim) mereka yang hanya berjarak sekitar 100 meter.
Jamaah ini, berbeda dengan jemaah lainnya karena mereka mengenakan jubah dan sorban berwarna hitam yang dipadukan dengan ikatan kepala berwarna putih. Rambut mereka ada yang dicat berwarna pirang dan agak kekuning-kuningan.
Ajaran An-Nadzir ini masuk ke Kabupaten Gowa melalui Syech Muhammad Al Mahdi Abdullah, imam kaum An-Nadzir pada tahun 1998.
Usai sholat Ied, penanggung jawab jamaah An-Nadzir yang juga bertindak sebagai imam sholat sekaligus khotib, ustadz Lukman, mengatakan Pihaknya menjalankan sholat Ied ini dengan mengambil rujukan gejala alam yang terjadi seperti air laut pasang penuh.
"Ketika laut pasang, itu berarti bulan dan matahari berada pada posisi sejajar," jelasnya dan menambahkan bahwa gejala alam ini, didukung dengan tanda-tanda alam lainnya seperti bulan tsabit yang sudah tidak nampak sejak Rabu (10/10) sekitar pukul 2.00 dini hari.
"Jadi sebenarnya, hari Rabu itu telah memasuki bulan Syawal," ujarnya. Sejak Selasa lanjut kolega Aziz Qahhar Muzakkar ini, pihaknya semakin intensIF melakukan pemantauan bayangan bulan tsabit ini terlihat tinggal satu bayangan.
Menurut Lukman, metode ini, dilakukan Rasulullah SAW termasuk penampilan Nabi yang mengecat rambutnya dengan warna agak kemerah-merahan dan memanjangkan rambutnya hingga sebatas bahu.
"Kami konsisten menjalankan ajaran Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW," ujarnya. Dalam khutbahnya, ustadz Lukman mengatakan bahwa Islam tidak mempunyai kekuatan dan daya tapi dia bisa memiliki itu bila bersatu padu.
Dia juga menambahkan, Islam bukan sekedar agama, tetapi suatu tatanan hidup bagi kaum yang ingin hidup dengan selamat.
Dalam pelaksanaan sholat Ied itu, nampak pula beberapa penduduk sekitar, juga turut melaksanakan sholat berjamaah dengan komunitas An-Nadzir.
Jamaah kelompok ini mudah dikenali dari penampilannya seperti berambut pirang dengan panjang rambut sebatas bahu, menggunakan sorban, mengenakan jubah hitam,sedangkan penduduk sekitar hanya mengenakan baju koko dan jubah berwarna putih.
Demikian pula jemaah wanita An-Nadzir, sebagian diantara mereka, ada yang mengenakan cadar dan jubah sedangkan yang lainnya, terlihat hanya mengenakan mukenah seperti yang dipakai orang-orang muslim pada umumnya. antara/abi/RioL
Salat Ied Jamaah An Nadzir
Sekitar 800 jamaah An Nadzir menggelar salat Idul Fitri (Salat Ied) di Kelurahan Buttadidia, Gowa, Sulsel, Kamis (11/10). Keseluruhan jamaah mengenakan jubah berwarna hitam. (Fotografer: Pool/Detik.com)
Dengan mengenakan jubah warna hitam, para jamaah An Nadzir tampak khusyuk mengikuti salat. (Foto : M. Nur Abdurrahman)
Dalam melaksanakan salat Idul Fitri, mereka mengaku mempunyai dasar dalam menentukan waktu salat Ied ini. Mereka mendasarkan perhitungannya pada bulan yang terbit (Syawal) juga ditunjang faktor alam lainnya seperti hujan dan guntur. (Foto : M. Nur Abdurrahman)
Dalam sholat Ied ini, anak-anak berumur 10 tahun ke bawah yang juga mengenakan jubah dan sorban terlihat dipisah dalam satu barisan tersendiri. (Foto : M. Nur Abdurrahman)
Jamaah An Nadzir juga memiliki penampilan fisik yang berbeda dengan banyak umat muslim lainnya. Mereka mengecat ramburtnya dengan warna pirang, merah dan keemasan serta berpeci lancip. (Foto : M. Nur Abdurrahman)
Para kaum wanita jamaah An Nadzir mengenakan jubah hitam dengan cadar menutupi wajah. Sekitar 90 kepala keluarga anggota jamaah An Nadzir mendiami Kelurahan Buttadidia denngan rumah terbuat dari anyaman bambu dan atap berasal dari rumbai-rumbai. (Foto : M. Nur Abdurrahman)